- Dinas Kominfo SP Polman Gelar Rakor Peningkatan Kualitas Penyelenggaraan SPBE Tahun 2024
- DPRD Gelar Rapat Lanjutan LKPJ Bupati Polewali Mandar 2023
- Pemkab dan Kajari Polman Tandatangani Nota Kesepakatan Penanganan Masalah Hukum
- 2 KK Korban Si Jago Merah Terima Bantuan dari Pemkab Polman
- Pelatihan Thematic Academy bagi Guru dan Siswa untuk Kembangkan Potensi, Teknologi, dan Informasi
- Konsultasi Publik Kedua Penyusunan KLHS RPJPD Kabupaten Polewali Mandar 2025-2045
- Turut Berduka Cita, Pemkab Kehilangan Sosok Abdul Jalal Staf Ahli Bupati 2023
- Penandatanganan Komitmen Bersama PPDB T.A 2024/2025 yang Objektif, Transparan dan Akuntabel
- Rakor Reforma Agraria 2024, Wujudkan Penataan Akses Kepemilikan Tanah
- Pimpin Apel Pamong Praja, Kadis Kominfo SP Polman Sampaikan Penghargaan yang Dicapai 2023/2024.
Seminar Eksistensi Diaspora Kolonisasi Mapilli, Rekomendasikan 1 September Hari Jadi Wonomulyo
Keterangan Gambar : Bupati AIM hadir pada Seminar Hari Jadi Wonomulyo di Pendopo Kecamatan Wonomulyo
Warta Kominfo SP, Polewali Mandar - Seminar
Hari Jadi Wonomulyo 2023 digelar Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Daerah
Provinsi Sulawesi Barat bertema “Eksistensi Diaspora Kolonisasi Mapilli” yang
dibuka secara resmi Bupati Polewali Mandar H. Andi Ibrahim Masdar. Kegiatan ini
terlaksana di Pendopo Kecamatan Wonomulyo, Kamis, 16, Maret 2023.
Tujuan dari Seminar ini melakukan rembuk dan kajian waktu pasti Hari Jadi Wonomulyo, Informasi detail sejarah Wonomulyo yang melibatkan berbagai stakeholder terkait serta rumusan landasan pikir pelaksanaan Hari Jadi Wonomulyo.
Baca Lainnya :
- Dishub Bersama Organda Ajak Sopir Angkutan Taat Kewajiban Uji Kendaraan dan Retribusi Kartu Pengawas0
- Dishub Polewali Mandar Gelar Pengawasan Dokumen Angkutan Umum 0
- Pemkab Polewali Mandar Terima Penghargaan UHC Award 20230
- Pertama di Sulbar, Raimuna Cabang I Tahun 2023 Secara Resmi Digelar Kwartir Polman 0
- Gowes Sabtu, Bupati AIM Kunjungi Desa Kunyi0
Hadir pada kegiatan ini Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Daerah Provinsi Sulawesi Barat, Dinas Kominfo Persandian dan Statistik Provinsi Sulawesi Barat, DPRD Provinsi Sulawesi Barat, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Polewali Mandar, DPRD Kabupaten Polewali Mandar, Camat Wonomulyo, Pemuda dan Perempuan, Budayawan, Perwakilan 13 Desa/Kelurahan di Kecamatan Wononulyo, UMKM, Jurnalis, LSM, dan Unit Kerja terkait.
Wonomulyo sebuah Kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar yang terbentuk sejak tahun 1937, saat masih bernama distrik dan dibuka oleh transmigrasi Jawa yang didatangkan oleh Belanda pada tahun 1934. Wonomulyo awalnya bernama District Colonie, dan kemudian namanya diganti "Wonomoeljo" yang berarti "hutan mulia"
Bupati Polewali Mandar H. Andi Ibrahim Masdar dalam sambutannya mengatakan, Wonomulyo merupakan pusat perdagangan, sehingga masyarakat harus siap memajukan perekonomian seiring banyaknya investor yang masuk ke daerah ini.
“Terkait IKN di Kalimantan, di Wonomulyo ini pelaku usaha harus lebih siap untuk memajukan perekonomian karena seiring saat ini pihak investor akan masuk ke daerah ini. Dengan banyaknya tokoh yang cerdas di Wonomulyo ini dan sejarahnya, mulai dari kesenian, pertanian, bisnis dan ditunjang SDM maju dan Aparat Desa yang memiliki sumber daya baik, penting bagi Kepala Desa, tidak hanya berharap dari dana desa, tapi mengajari peluang bisnis masyarakat desa,” kata AIM.
Abdul Halim, Wakil Ketua DPRD Provinsi Sulawesi Barat mengatakan, selaku wakil rakyat sangat menyambut baik aspirasi masyarakat dalam rangka menentukan Hari Jadi Wonomulyo yang telah ditetapkan 1 September.
“Dari dua kegiatan yang telah dilaksanakan pihak panitia yang pertama FGD dan hari ini adalah seminar. Kenapa penting diadakan seminar, tentunya kami sebagai perwakilan masyarakat di DPRD Provinsi Sulawesi Barat menyambut aspirasi masyarakat bahwa mereka ingin memperingati Hari Jadi Wonomulyo karena ini adalah bagian sejarah, di mana kolonisasi pertama tahun 1937 pada saat itu Sulawesi Selatan, sehingga teman-teman panitia dan masyarakat Wonomulyo berkeinginan menentukan tanggal lahir Wonomulya dan Alhamdulillah dari beberapa opsi yang telah ditawarkan teman-teman, mereka sudah memilih satu tanggal yaitu yaitu 1 September 1937 dan Alhamdulillah ke depan kita sudah mulai memperingati Hari Jadi Wonomulyo di tanggal tersebut di tahun 2024 yakni 1 September 2024,” sebutnya.
Camat Wonomulyo Sulaiman Mekka mengatakan, selaku Pemerintah Kecamatan Wonomulyo sangat mengapresiasi kegiatan ini, karena masyarakat Wonomulyo telah lama mengharapkan adanya penetapan hari jadi karen Wonomulyo memiliki sejarah terbentuknya daerah ini. Setelah adanya penetapan Hari Jadi Wonomulyo, maka dalam menyambut momen tersebut mesti ditandai dengan kegiatan seperti pekan budaya.
“Saya selaku Pemerintah Kecamatan sangat mengapresiasi dan bersyukur karena ini kegiatan sudah hampir selama sebenarnya sudah sudah lama diidam-idamkan oleh seluruh masyarakat Wonomulyo. Kenapa, karena Wonomulyo adalah penuh dengan sejarah, begitu adanya muncul semua para generasi muda kita ini para sejarawan yang masuk di Wonomulyo menginginkan Wonomulyo harus punya ciri khas, punya sejarah harus ada Hari Jadi Kecamatan Wonomulyo. Momen-momen peringatan Hari Jadi Kecamatan Wonomulyo kita persiapkan untuk membuat suatu seperti pekan budaya jadi hari. Jadi ini tidak diperingati begitu saja, namun harus, namun dilaksanakan pekan budaya atau seluruh masyarakat kita ada pertunjukan-pertunjukan yang ingin kita laksanakan, termasuk pembuatan tumpeng besar menandai bahwa itu yang akan dipotong, setelah dipotong ini tandai Hari Jadi Kecamatan Wonomulyo,” katanya.
Ichsan Sahibuddin selaku Ketua Panitia Kegiatan mengatakan, Wonomulyo merupakan suatu simbol asimilasi kultural dari heterogenitas, baik suku Jawa maupun suku Mandar serta suku lainnya yang hidup secara damai dan toleransi. Kedatangan transmigrasi Jawa merupakan cikal bakal terjadinya pertanian modern dengan sistem irigasi di tanah Mandar.
“Sebenarnya sederhana Wonomulyo ini, dia merupakan suatu simbol asimilasi kultural dari heterogenitas, baik orang Jawa maupun orang Mandar dan lain-lain itu hidup damai di sini. Jadi kedatangan orang Jawa menjadi cikal bakal terjadinya pertanian modern di tanah Mandar atau di Sulbar, seperti sistem irigasi. Seandainya orang Jawa tidak datang, orang Mandar tidak mengenal yang namanya sistem irigasi. Jadi akselerasi yang ada dan hidup yang damai dan suasana kondusif ini menciptakan Wonomulyo yang dinamis. Terbukti dinamika ekonomi di Wonomulyo itu tertinggi di Sulawesi Barat secara PAD dan sebagainya inilah menjadi berkah yang kita harus peringati dan kita berharap contoh kedamaian ini bisa menjadi contoh bagi Kecamatan atau kabupaten-kabupaten yang lain," jelasnya.
Adapun narasumber pada kegiatan ini, Dr. Abdul Rahman Hamid Dosen Sejarah UIN Raden Intan Lampung; Peneliti Sejarah Mandar, kemudian Ritha Mikawaty S, S.Hut., MM selaku Analisis Kebijakan Ahli Madya pada Direktorat Pembangunan Kawasan Transmigrasi, Ditjen Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Transmigrasi, dan Adi Arwan Alimin selaku Moderator dan juga Penulis Buku: Kampung Jawa di Tanah Mandar.
Tim Warta Kominfo SP Polewali Mandar