KISAH INSPIRATIF PEMUDA DAN SEPOTONG APEL

By Admin Warta Kominfo 01 Apr 2024, 14:50:51 WIB Dunia Islam
KISAH INSPIRATIF PEMUDA DAN SEPOTONG APEL

JENDELA RAMADHAN (13)

DR. Aco Musaddad HM.

Kadis Kominfo SP Polewali Mandar dan Pengurus Dewan Mesjid Indonesia (DMI) Polewali Mandar.

Baca Lainnya :


KISAH INSPIRATIF

PEMUDA DAN SEPOTONG APEL.

Dahulu di Kota Kufah Iraq hiduplah seorang pemuda tampan dan memiliki akhlak yang sangat mulia bernama Tsabit Rahimakumullah. Keseharian Tsabit hidup sebagai pemuda yang sederhana. Suatu hari ia berjalan-jalan di Kota Kufah seorang diri, ia tak sengaja melewati jalan besar yang disamping kiri dan kanan jalan ditumbuhi pohon-pohon  apel yang sangat lebat.

Kemudian tiba-tiba di depannya ada apel yang jatuh di tengah jalan, tanpa pikir panjang ia langsung mengambilnya, dengan alasan bahwa apel ini jatuh di tengah jalan umum, berarti milik siapa saja yang melihatnya. Kemudian ia memakannya, disaat ia telah memakan setengah dari apel itu, ia mulai ragu, "Apa benar apel ini halal saya makan"?, demikian ia berbisik dalam hatinya. "Bagaimana bisa saya tiba-tiba mengambil milik orang lain dan memakannya tanpa seijinnya". Demikian ia berdialog dengan batinnya. Tiba-tiba ia memuntahkan apel yang sementara ia kunyah dan ada yang sudah tertelan dan menyimpan yang masih tersisa. Ia kemudian mencari pemilik pohon apel itu dan ia menemukan sebuah gubuk di dalam perkebunan apel dan langsung bergegas menghampiri dan mengetuk pintu gubuk itu sambil mengucapkan salam. Dengan kondisi yang sangat tegang setelah mendengarkan balasan salamnya dari dalam gubuk, lalu muncullah kakek tua di depan pintu, lalu bertanya, "Ada apa gerangan anak muda, apa yang saya bisa bantu." Ucap si kakek dengan ramah. Anak muda itu kemudian menceritakan apa yang sedang ia alami, dan meminta supaya si kakek menghalalkan apel yang telah ia makan dan masih tersisa sebagiannya sambil menunjukkan ke kakek sisa apelnya. Kakek itu kemudian menjawab, "Saya tidak punya hak untuk menghalalkan apel tersebut, karena saya ini hanya penjaga kebun, pemilik kebun ini berada di luar kota yang jaraknya satu hari perjalanan dengan jalan kaki."

Lalu anak muda itu mengatakan "Demi Allah saya akan mendatangi rumah pemilik kebun ini untuk meminta supaya menghalalkan apelnya yang telah saya makan." Setelah kakek penjaga kebun memberikan alamat pemilik kebun apel tersebut, anak muda itu langsung bergegas berjalan sehari semalam. Akhirnya tibalah pemuda itu di rumah pemilik kebun, Ia mengucapkan salam dan langsung bertanya, "apakah anda pemilik kebun apel yang ada di sana?" Orang tua itu menjawab, "iya, ada apa gerangan kau kemari anak muda"? Mulailah Tsabit bercerita mulai dari awal hingga akhirnya ia memakan buah apa itu. "Kemarin saya menemukan buah apel terjatuh dari pohonnya dan tergelincir ke tengah jalan umum, karena saya lapar, lalu saya memakannya, setelah habis setengahnya, tiba-tiba saya ragu, apa ini halal saya makan atau tidak, dan saya mulai ketakutan, saya takut Allah SWT akan menghisab saya dengan apel itu."

"Sebagian saya sudah makan, sebagian lainnya saya muntahkan dan ini sisanya saya bawa, meskipun suda h mulai membusuk." Kemudian Tsabit bermohon ke pemilik kebun itu, "Ya tuan, saya jauh berjalan sehari semalam datang kesini untuk menemui, bermohon sekitarnya Tuan bisa menghalalkan apel yang saya makan ini." Pemilik kebun menjawab, "saya akan menghalalkan semua yang kamu makan tapi dengan syarat", dengan kebingungan pemuda itu bertanya "apa syaratnya?" pemilik kebun menjawab, "kau harus menikahi putriku". Tsabit terdiam sejenak, ia berusaha fokus apa yang ia dengar. Lalu pemilik kebun itu kembali berkata "tapi kau perlu tau, putriku itu  buta, tuli, bisu dan lumpuh. Tsabit kembali berpikir, kalau memang untuk mendapatkan kehalalan apel yang saya makan dengan cara menikahi seorang wanita yang buta, tuli, bisu dan lumpuh, maka ia akan melakukannya, demi untuk terbebas hisab di hari kiamat. Maka berlangsunglah ijab qabul, betapa kagetnya Tsabit, ternyata wanita yang dia nikahi adalah wanita yang sangat cantik, shalehah dan penghafal Al Qur'an. Ayah mertuanya kemudian menjelaskan bahwa putrinya itu tuli karena tidak pernah mendengar sesuatu yang tidak baik, buta karena tidak pernah melihat yang diharamkan oleh Allah, bisu tidak pernah berkata kata yang tidak baik, dan lumpuh karena tidak pernah melangkahkan kakinya ke tempat maksiat.

Hasil dari pernikahan keduanya maka dikaruniai putra bernama Nu'man Bin Tsabit atau yang dikenal dengan nama Imam Abu Hanifah, seorang ulama besar ahli fikih dan ahli ra'yi pelopor Mazhab Hanafi. Kisah pemuda ini yang merupakan ayah dari Imam Abu Hanifah terdapat dalam Al - Aghani Karya Abu Al - Faraj Al-Isbahani.




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook