- Capaian Penghargaan Awal Kepemimpinan Pj. Bupati Polman Tahun 2024
- Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan Polman Kembangkan Literasi Basis Inklusi Sosial
- Festival Malauyung Tahun 2024 Meriahkan Taman Wisata Pantai Tangnga-Tangnga
- Peringatan Hari Otonomi Daerah XXVIII Tahun 2024 Usung OTODA Berkelanjutan
- Konsultasi Publik Pertama Penyusunan KLHS-RPJPD Kabupaten Polewali Mandar 2025-2045
- Sosialisasi dan Workshop Tim CSIRT Memperkuat Kesiapan Polman
- KPU Polewali Mandar Gelar Rakor Tahapan Pemilukada 2024
- Tiga Tim Penguji Tes Kepribadian Calon Paskibraka 2024
- Manasik Kesehatan Jemaah Haji Sulawesi Barat
- Menata Efisiensi dan Efektifitas Pelayanan, Dinas PM-PTSP Polman Gelar Rapat Tim Teknis Pelayanan Te
JARI SANG RAJA YANG TERPOTONG.
JENDELA RAMADHAN (12)
DR. Aco Musaddad HM.
Kadis Kominfo SP Polewali Mandar dan Pengurus Dewan Mesjid (DMI) Polewali Mandar.
Baca Lainnya :
- Pencanangan P2HAM Untuk Pelayanan Publik yang Lebih Berperikemanusiaan0
- Pj Bupati Polewali Mandar dan Tim Memantau Kondisi Harga Komoditas di Pasaran0
- 1.970 Orang Terima SK P3K Tenaga Kesehatan dan Guru Lingkup Pemkab Polman0
- BELAJAR DARI PERPUSTAKAAN BAIT AL-HIKMAH 0
- Safari Ramadhan Perkuat Silaturahmi, Pemkab Polman Sambut Hangat Pemrov Sulbar 0
KISAH INSPIRATIF.
JARI SANG RAJA YANG TERPOTONG.
Dikisahkan seorang raja yang punya hobbi berburu, setiap akhir pekan ia selalu berburu binatang di hutan ditemani oleh seorang pengawali pribadinya. Sang pengawal selalu menasehati sang raja, dengan mengucapkan, "Yang Mulia jangan khawatir, karena segala sesuatu yang dikerjakan Allah dan diberikan kepada hamba-nya adalah sempurna. Allah tak pernah berbuat kesalahan.
Pada suatu hari raja bersama sang pengawal pergi berburu di hutan, saat itu tiba-tiba ada binatang buas yang datang menyergap keduanya, sang raja kemudian terjatuh dari kudanya dan ia terkena oleh pisau belatinya sendiri, yang membuat jarinya terputus. Di saat sang raja merintih karena kesakitan, lalu ia mengatakan "Seandainya Allah itu baik, tidak mungkin saya ditimpa musibah seperti ini." Tetapi pengawalnya tetap meyakinkan Sang Raja dengan mengatakan "Yang Mulia ini pasti adalah yang terbaik yang diberikan Allah kepada paduka, dan pasti akan ada hikmahnya dibalik musibah ini." Sang Raja naik pitam mendengarkan nasehat pengawalnya yang dianggap sudah mulai ngawur. Setibanya di istana, Raja pun langsung memerintahkan prajurit istana untuk menangkap pengawal raja yang selama ini setia menemaninya untuk dicebloskan masuk ke dalam penjara. Pengawal itu terus mengatakan "Ini adalah yang terbaik, pasti Allah lebih menyayangi saya."
Beberapa hari berlalu, sang Raja kemudian kembali berburu seorang diri tanpa ada yang mengawalnya, ia pergi terlalu jauh ke dalam hutan dan akhirnya tersesat dan tertangkap suku primitif di dalam hutan belantara. Suku primitif yang menangkap Raja merupakan suku yang menggunakan manusia sebagai persembahan. Disitu, kemudian Sang Raja diikat di atas altar persembahan, disaat diperiksa sebelum upacara dimulai, kemudian diketahui ternyata Sang Raja memiliki tubuh yang cacat, karena jarinya tidak lengkap. Sehingga tidak memenuhi syarat sebagai persembahan ke Dewa karena tidak sempurna, maka Sang Raja dilepas. Dalam perjalanan dari ke hutan ke Istana, Sang Raja terus mengingat pesan pengawalnya, dan setiba di istana, Sang Raja langsung menemui pengawalnya dalam penjara dan menceritakan seluruh kejadian yang dialaminya, lalu sang pengawal raja langsung dibebaskan dari penjara. Ia pun mengucapkan terima kasih kepada Raja, karena ia dicebloskan ke penjara, jika tidak, maka pasti ia akan menemani Raja pergi berburu di hutan, dan di saat ditangkap suku primitif, maka ialah yang akan menjadi persembahan suku primitif tersebut karena memiliki anggota tubuh yang lengkap.